Karena bakat seseorang bisa dipengaruhi dengan ada atau tidaknya trauma yang ia miliki (terutama trauma pengasuhan), serta bagaimana skrip yang tertulis di dalam pikiran bawah sadarnya. Akan halnya hipnosis, seorang yang awalnya bersuara fals ketika menyanyi, bisa menyanyi dengan sangat baik setelah dihipnosis menyerupai penyanyi idolanya. Hipnosis juga bisa membuat orang yang awalnya malu dan peragu, menjadi sangat percaya diri dan bisa mempengaruhi dengan satu sugesti.
Saya akhirnya terpikir bahwa genlah yang paling benar-benar menentukan bakat seseorang. Setiap orang bisa bermain basket, namun seorang atlet basket profesional hanyalah mereka yang terlahir bertubuh tinggi. Setiap orang bisa bernyanyi, namun hanya mereka yang memiliki fitur pita suara tertentulah yang bisa menjadi penyanyi opera. Setiap orang bisa menjadi penari, tapi seorang penari profesional hanyalah mereka yang memiliki tubuh lentur, bukan tegap kaku seperti seorang body builder. Seperti itulah contohnya. Barulah kemudian lingkungan berperan dengan memberikan tempat yang aman dan suportif untuk mengoptimalkan hadiah genetik tersebut. Pengalaman pun memberi warna lain berupa pengetahuan dan kebijaksanaan sebagai bekal hidup.
Saya sendiri, setelah melalui proses yang sangat panjang, barulah sedikit demi sedikit mengenali diri saya sendiri. Hadiah genetik saya berupa postur tubuh yang biasa-biasa saja, tidak tinggi tapi tidak pendek. Sedikit agak gemuk tapi lumayan kuat mengangkat beban. Suara yang tidak terlalu tinggi tapi juga tidak rendah dan berat. Pengalaman hidup saya selain menjadi istri dan ibu adalah melalui masa pengasuhan yang tidak ideal, menjadi penulis fiksi anak dan remaja, serta proses mencari ilmu tanpa henti secara formal maupun non formal.