Dandelion |
Saya, suami, dan Aini berkunjung ke Depok, ke rumah Papa dan Mama, alias kakek dan neneknya Aini. Sore harinya, kami diajak Papa melihat tanah yang sedang digarapnya dan rencananya akan dijadikan tempat beternak ayam, kambing, dan ikan. Tanahnya berada di lahan milik pemerintah di sekitaran Depok, yang telah berpuluh2 tahun terbengkalai.
Papa bilang, sayang saja tanah sebagus dan seluas ini tidak dimanfaatkan… lebih baik digunakan untuk kegiatan yang produktif. Walaupun, meski demikian, beliau juga paham bahwa bila sewaktu2 pemerintah mengklaim tanah itu, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menyerahkannya kembali.
Yah, sudahlah tidak apa-apa. Walaupun saya bilang tindakan ini 'nekat', tapi saya juga bisa menerima alasan Papa. Dari pada mubazir, lebih baik dimanfaatkan. Yang penting tidak dianggap hak milik sendiri, ya kan?
Yang jelas, di tanah yang letaknya masih tersembunyi dalam rimbunan alang2 dan pepohonan itu, suasananya nikmat sekali, sepi, sejuk, penuh dengan bunga alang-alang yang tumbuh tinggi dan rimbun. Di pepohonan juga terdengar suara burung terbang sambil berkicau.
Aini gembira sekali, berlari ke sana kemari mengikuti Kakek-Nenek dan kami, orangtuanya, menelusuri daerah tersebut.
“Mau ikut Nenek!” katanya sambil menghampiri neneknya yang sedang asyik memetiki daun singkong karet yang tumbuh subur di sana.
Saya mengajarkan Aini meniup bunga rumput sejenis Dandelion yang sudah kering. Phuuh…! Benih-benih bunga yang kering itu terbang ditiupnya. Aini Ia tertawa senang... wajahnya bersinar-sinar gembira. Ini adalah pengalaman pertamanya berkunjung ke kebun Kakek.
0 komentar:
Posting Komentar