Cica |
Cica terdiam murung. Ia enggan berburu nyamuk bersama kakak-kakaknya.
“Ada apa, Cica? Kok kamu tidak mau berburu?” tanya Cici, kakaknya paling tua.
Cica hanya menggeleng. Wajahnya merengut dan semakin sedih. Cici bertanya lagi ,”Ada yang kau pikirkan, ya? Kakak tahu, karena wajahmu murung begitu.”
“Aku sedih, Kak,” jawab Cica akhirnya ,”seharian aku berpikir, kenapa kita tidak bisa terbang? Padahal, makanan kita kan nyamuk yang bisa terbang ke sana-kemari. Aku juga senang sekali makan nyamuk. Kalau aku bisa terbang, pasti aku bisa makan nyamuk sebanyak-banyaknya.”
“Ooh..,” Cici tertawa. Adik bungsunya itu memang suka makan. “Kalau begitu, coba minta sayap pada peri binatang. Mudah-mudahan ia mau memberimu,” usulnya.
Cica lalu berdoa. Ia minta sepasang sayap pada peri binatang yang baik.
Doa Cica dikabulkan. Ketika bangun tidur, di punggungnya telah ada sepasang sayap. Cica mengepakkan sayap itu, perlahan-lahan tubuhnya terangkat ke udara.
“Hore… aku bisa terbang!” seru Cica gembira.
Cici dan kakak-kakak Cica yang lain pun ikut senang. Apalagi, kini Cica mau ikut berburu nyamuk dengan mereka.
Dengan gesit, Cica terbang mengikuti para nyamuk. Hap! Hap! Ke mana pun nyamuk terbang, Cica bisa menangkapnya. Di jendela, langit-langit, atas lemari. Tangkapan Cica banyak sekali. Ia membaginya sebagian dengan kakak-kakaknya.
Tapi, saat asyik terbang, sebuah benda tiba-tiba menghalaunya. Pluk! Cica jatuh. Kepalanya pusing.
“Kecoaaa…! Hii!! Kecoaa…!!” terdengar suara teriakan kencang.
Cica buru-buru mengepakkan sayapnya dan terbang lagi. Tapi, lagi-lagi benda tadi menghalaunya. Cica jadi ketakutan. Ternyata, benda itu adalah sapu ijuk yang dihalau penghuni rumah.
“Kecoa terbang! Pergi! Hus! Hus!” teriak si penghuni rumah lagi.
Cica bersembunyi di balik tembok, jauh di atas langit-langit. Jantungnya berdebar keras. “Duh, untung aku bisa menyelamatkan diri,” ujarnya lega.
Cici merayap mendekati Cica. “Wah, kau kapok terbang, ya?” godanya.
Cica mengangguk. “Lebih enak merayap di dinding. Aku bisa sembunyi dengan aman. Aku juga bisa memburu nyamuk dengan tenang,” jawabnya.
“Ya, manusia sering terganggu bila ada binatang terbang di dalam rumahnya. Mereka akan mengusirnya keluar dari rumah. Kau tidak mau diusir juga, kan?” kata Cici lagi. Cica buru-buru menggeleng.
Di dalam hatinya, Cica bersyukur menjadi cicak yang tidak bisa terbang. Nanti malam, ia akan berdoa agar peri binatang mengambil kembali sayapnya.
----------
0 komentar:
Posting Komentar