29 Nov 2014

Rindu

 

Anak dan Orangtua

Ini adalah sebuah tulisan yang saya ketik dan terbitkan di blog saya yang lama sebelum ini. Saya menulisnya saat tengah berada di kantor, seorang diri, kira-kira enam tahun yang lalu. Kini saya tidak lagi bekerja di kantor, full a stay at home Mom, berada di rumah setiap hari untuk putri saya tercinta, Aini.

Dulu ketika masih bekerja di kantor, setiap hari yang saya rasakan adalah rindu yang amat besar pada Aini. Saya bahkan menangis hampir setiap hari ketika seorang diri di kantor. Saya sama sekali tidak menikmati kehidupan sebagai seorang pegawai. Yang saya inginkan hanyalah satu: berada di rumah bersama dengan Aini. Alhamdulillah, kini semua rindu itu tergenapkan sudah.

"Pengen tarik nafas dan menghela nafas yang panjang banget…. Saat siang-siang sepi begini, sendirian di kantor, yang ada di benakku cuma satu: bayang-bayang Aini. Lagi ngapain Aini di rumah? Lagi main apa? Makan apa? Bosan apa nggak??

Kayaknya sih sudah pasti bosan, karena ditinggal di rumah cuma dengan seorang pembantu dari pagi sampai sore, setiap senin sampai jumat. Kasihan. Kelihatan sekali sekarang-sekarang ini, setiap kali aku mau berangkat meninggalkan rumah untuk bekerja, matanya selalu menyiratkan keberatan dan kesedihan. Dan ketika aku pulang, yang ia lakukan pertama kali adalah melompat ke pelukanku dan minta digendong.

Pernah suatu ketika aku di rumah karena sakit. Siang harinya, aku menemani Aini tidur. Sambil berbaring berhadap-hadapan, aku bertanya padanya ,”Ayah ada di mana?” Aini menjawab ,”Di kantooolll… (maksudnya di kantor).” “Kalau umi?” tanyaku lagi. “Umi di lumaahhh…,” jawabnya sambil tertawa senang. “Sama siapa?” pancingku lagi. “Sama Enenngg…,” jawabnya sambil kembali tertawa senang. “Neng senang nggak Umi di rumah?” tanyaku lagi. “Seennneengg…!!” ucapnya sambil memeluk leherku penuh sayang.

Duh… sedih rasanya kalau aku ingat-ingat lagi. Dan yang membuat aku semakin sedih adalah, saat aku pergi meninggalkannya setiap hari, hati dan pikiranku tidak pada pekerjaan di kantor. Mereka ada di tempat yang lain, di impian yang lain. Dan lama-kelamaan hal ini jadi semakin membuat aku merasa bersalah pada Aini.

Maafin Umi ya, Cantikku…."

*Aini dulu memanggilku 'Umi', namun berubah menjadi 'Mama' setelah ia dioperasi kutil di dekat matanya dan minta dibuai oleh saya untuk menenangkan hatinya.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kenalan

Foto saya
Blog tentang ngobrol, crafting, keluarga, pengembangan diri, masak-masak.

Popular Posts

Semua Tulisan

Featured Post

Rumah Yang Nyaman

Ada alasannya kenapa 'rumah' yang ada di hati disebut 'home' dan bukan 'house'. Karena rumah yang sesungguhnya adala...

Blog Archive

Komunitas


Copyright © Rumah Vani | Powered by Blogger

Design by ThemePacific | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com