Heboh Surga Yang Tak Dirindukan

 

Pasangan Suami Istri

Di grup wa teman-teman satu angkatan kuliah saya ramai dibahas film Surga Yang Tak Dirindukan. Semua teman saya di grup tersebut sudah berkeluarga (dengan anak dan ada yang belum memiliki anak), stabil di pekerjaan masing-masing, dan hampir semuanya anggota PKS yang sudah lama belajar tentang Islam. 

Setelah saya perhatikan, mereka semua terbagi menjadi dua kubu yaitu yang pro dan kontra terhadap poligami, intisari dari film tersebut. Mereka yang kontra menekankan kepada beratnya tanggung jawab poligami serta pentingnya bersikap baik kepada istri dan keluarga besar dengan meminta ijin sebelum melakukan poligami. Sedangkan yang pro berpendapat bahwa tidak hanya suami, istri pun seharusnya bersikap adil dengan mengijinkan suami berpoligami. Nah loh…! 

Yang lucu adalah para anggota yang perempuan, yang meskipun sudah paham tentang aturan poligami, secara alami masih merasa keberatan bila hal itu dilakukan oleh suami mereka. Yah, wajar saja sih. Walaupun mereka sudah belajar tentang Islam sejak di bangku kuliah hingga bertahun-tahun setelahnya melalui aneka rutinitas di partai, mereka adalah wanita. 

Sama seperti wanita lain, mereka mengedepankan emosi dan perasaan bila sudah membicarakan tentang hal tersebut. Saya sangat memahami sikap mereka, terlebih mereka rata-rata memiliki lebih dari dua orang anak; berbagi rumah tangga tentu bukan pilihan yang mereka sukai karena akan menyita tenaga dan perhatian dari menumbuhkan anak-anak mereka. 

Beberapa anggota laki-laki (yang juga rata-rata anggota PKS) cukup bijak dengan menanggapi bahwa kebahagiaan keluarga yang sudah dimiliki jauh lebih penting daripada menambah istri. Beberapa yang lain lebih cair dan tidak keberatan memikirkan untuk poligami… entah, mungkin mereka sedang bersiap-siap untuk itu. 

Apapun itu, yang jelas film ini sudah sukses menarik begitu banyak orang untuk membincangkannya. Tidak hanya itu, juga memikirkan dan merefleksikannya dalam kehidupan masing-masing.