29 Nov 2015

Gurih Renyah si Kue Rangi

Kue Rangi

Siang tadi, di pinggir jalan. Sejenak saya bercakap-cakap dengan penjual kue rangi sambil ia membuatkan kue pesanan saya dan pembeli lainnya.

Si Penjual bercerita bahwa ia terpaksa menaikkan harga kue menjadi empat ribu rupiah per loyang karena bahan-bahan pembuatnya sudah naik harga semua. Padahal sebelumnya, seloyang hanya dua ribu rupiah saja. Kemudian naik menjadi tiga ribu, dan kini menjadi empat ribu.

Ia menjelaskan bahwa untuk membuat kue ini ia membutuhkan sagu singkong khusus yang bermerk kobeng (?) -- saya kurang jelas mendengarnya. Sagu singkong lainnya bukan tidak bisa digunakan untuk membuat kue rangi, tapi hasilnya berbeda. Sagu merk ini akan menghasilkan kue yang kering dan renyah. Sedangkan, merk-merk lainnya, terutama yang dipakai untuk membuat somay dan bakso, akan menghasilkan kue yang lembek dan basah. 

Kata si Penjual, merk itu sudah turun-temurun digunakan oleh orang-orang Betawi untuk membuat kue rangi. Ini kata si abang penjual kue ya, bukan kata saya! Dulu, sagu singkong merek tersebut mudah didapat di mana-mana. Tapi, kini hanya sedikit tempat yang menjualnya dan satu-satunya tempat terdekat adalah di Pasar Musi, Depok. Karena itulah harganya terpaksa ia naikkan, karena bahan bakunya semakin berkurang sedangkan harganya bertambah. 

Selesai bercerita, dua loyang kue yang saya pesan pun selesai dan segera dibungkus dengan kertas coklat pembungkus makanan. Kue rangi adalah favorit saya dan Aini, dan biasanya tidak pernah tersisa lama karena kami segera menghabiskannya. Penjual Kue Rangi Sedikit tips, kue rangi paling lezat bila dimakan panas-panas. 

Adonan sagu singkong bercampur kelapa parut yang renyah dan gurih berpadu dengan saus gula merah manis yang kental, menghasilkan rasa yang sangat nikmat. Namun, bila sudah agak lama dibiarkan, kue akan menjadi dingin dan alot. Tetap sih, rasanya nikmat, hanya saja Anda harus berusaha lebih keras untuk bisa menggigit dan mengunyahnya. 

Saya tidak pernah bosan memakan kue tradisional ini. Rasanya, berapa pun harganya, selagi saya bertemu penjual kue rangi dan membawa uang, saya akan membeli dan membawa pulang minimal satu loyang. Semoga saja kue ini tetap ada selama-lamanya, tidak terpengaruh oleh perubahan jaman dan langkanya bahan baku.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kenalan

Foto saya
Blog tentang ngobrol, crafting, keluarga, pengembangan diri, masak-masak.

Popular Posts

Semua Tulisan

Featured Post

Rumah Yang Nyaman

Ada alasannya kenapa 'rumah' yang ada di hati disebut 'home' dan bukan 'house'. Karena rumah yang sesungguhnya adala...

Blog Archive

Komunitas


Copyright © Rumah Vani | Powered by Blogger

Design by ThemePacific | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com