14 Feb 2017

Indahnya Perintah Allah Untuk Bekerja

Bekerja

Sejak masih kuliah, ada ayat Al Qur'an yang sangat saya senangi hingga saya tulis di kertas dan tempel di dinding untuk selalu saya baca dan ingat-ingat. Bunyi ayatnya seperti berikut :

"Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah [9]: 105)

Dari ayat tersebut, jelas bahwa Allah memerintahkan manusia untuk selalu bekerja. Artinya, tidak membiarkan waktu berlalu dengan sia-sia dan selalu mengisinya dengan kebaikan; sekecil atau sebesar apa pun itu.

Bekerja artinya luas, bisa mengerjakan apa saja yang penting bermanfaat. Bila di ayat lain Allah mengecam orang-orang yang menyia-nyiakan waktu, maka di ayat ini jelas terlihat penghargaan Allah bagi mereka yang menghargai waktu dengan mengisinya dengan kebaikan.

Bekerja bisa dalam bentuk apa saja, tidak hanya menjadi pegawai di sebuah instansi. Seorang ibu rumah tangga bekerja tanpa henti, mulai dari memasak makanan yang terbaik untuk keluarganya hingga mendidik anak-anaknya. Seorag asisten rumah tangga bekerja dengan membersihkan rumah dengan sebaik-baiknya. Seorang blogger bekerja dengan menulis aneka pengalaman dan tips yang bermanfaat di blognya. Seorang fotografer bekerja dengan mengambil gambar dan membagikannya pada siapa pun. Seorang penjual online bekerja dengan membuat karya lalu menjualnya atau mencari selisih keuntungan dengan menjual barang milik orang lain.

Meski beberapa pekerjaan yang di atas terkesan mengejar tujuan materi, namun hal itu wajar saja karena manusia memang berada di dalam alam materi. Manusia tidak bisa hidup tanpa makanan, akan terhina tanpa pakaian yang layak, dan sakit tanpa tempat tinggal. Maka meskipun ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal itu tidak mengapa selama dilakukan dalam aturan yang benar dan sewajarnya. Benar dalam arti tidak berbuat curang, tidak melanggar aturan agama dan negara, dan tidak bekerja begitu keras hingga menyakiti dirinya sendiri.

Saya pernah mendapat curhat dari adik saya tentang tulisan seseorang yang menyindir orang-orang yang  menggunakan facebooknya hanya sebagai tempat untuk berjualan. Menurut orang tersebut, sebaiknya wall facebook tidak hanya melulu berisi produk yang dijual tapi juga nasehat-nasehat dan ayat-ayat suci. Adik saya merasa sedih, ia merasa kecil hati karena facebooknya terfokus pada barang-barang yang ia jual. Bukan berarti ia tidak mau berbagi nasehat dan ayat suci, tetapi ia tidak merasa memiliki kompetensi akan hal tersebut.

Saya katakan kepadanya, tidak apa-apa kamu fokus jualan di facebookmu. Karena apa yang kamu lakukan itu ikhlas Lillahi Ta'ala kamu niatkan untuk membantu keluargamu. Itu pun sudah sebuah kebaikan, meski tidak berupa kata-kata nasehat atau motivasi yang indah. Tidak ada orang yang berhak menilai kadar keimanan orang lain; hanya karena kamu berjualan di facebook bukan berarti kamu orang yang tidak beriman. Kamu shalat, puasa, berbakti pada suami, mengurus keluarga, itu semua ibadahmu pada Allah. Hal-hal seperti itu tidak harus selalu disampaikan ke publik. Tidak mesti semua orang tahu apa ibadah yang kamu lakukan sehari-hari di rumah; sebagai pribadi, istri, dan ibu. Yang penting selama ikhtiar kamu berjualan di facebook adalah untuk mencari ridho Allah, dan kamu lakukan tanpa meninggalkan kewajiban yang lainnya, itu sudah cukup.

Malahan, yang patut dikhawatirkan adalah mereka yang hidupnya hanya berputar-putar dalam teori, kerangka gagasan dan ide, tapi minim pelaksanaan. Atau mereka yang hanya sibuk memberi nasehat dan peringatan kepada orang lain, tapi lupa mengingatkan dirinya sendiri.

Saat ide menjadi amal yang terlaksana, saat itulah ada banyak peluang turunnya rahmat Tuhan.

Sebagai contoh, sebagai seorang crafter saya bisa melakukan dua hal. Yang pertama adalah terus berimajinasi untuk membuat craft A, B, C, dan sesekali mencorat-coret konsepnya di kertas. Bila itu yang terus saya lakukan, maka ide-ide tersebut hanya akan menjadi milik saya sendiri. Tetapi, seandainya saya menuliskannya di blog, maka akan ada orang yang bisa mempelajarinya dan memberi inspirasi bagi idenya sendiri. Mungkin saya tidak akan sampai membuatnya menjadi sebuah karya nyata, tetapi orang lain mungkin bisa mewujudkannya dalam bentuk barang yang ia manfaatkan sendiri atau jual. Saya pun mudah-mudahan mendapat pahala dari berbagi ilmu.

Yang kedua adalah, bila saya keberatan ide tersebut ditiru oleh orang lain, saya bisa membuatnya dalam bentuk karya nyata yang saya jual atau bagikan dengan cuma-cuma. Manfaatnya adalah rejeki yang halal bagi saya dan kebahagiaan bagi orang yang membeli atau menerimanya. (Menurut saya, adalah wajar bila seseorang punya ingin hak cipta karyanya terlindungi. Karena menghasilkan suatu karya butuh tenaga dan waktu, sedangkan tidak semua orang bisa berbesar hati menghargainya. Tidak berbagi ide bukan berarti pelit, namun pengajaran agar orang lain mau menghargai buah cipta seseorang).

Dari kedua hal tersebut, nyata bahwa bekerja akan membawa banyak manfaat bagi diri sendiri, orang lain, maupun alam. Waktu yang dilewatkan tanpa bekerja adalah waktu yang sia-sia, kecuali bila digunakan untuk beristirahat untuk memulai pekerjaan yang lain. Saya baru paham sekarang makna dari perintah Allah untuk bekerja, bekerja, dan bekerja. Yaitu agar kebaikan itu tidak hanya menjadi milik seseorang saja, tapi untuk sebanyak-banyak manusia.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kenalan

Foto saya
Blog tentang ngobrol, crafting, keluarga, pengembangan diri, masak-masak.

Popular Posts

Semua Tulisan

Featured Post

Rumah Yang Nyaman

Ada alasannya kenapa 'rumah' yang ada di hati disebut 'home' dan bukan 'house'. Karena rumah yang sesungguhnya adala...

Blog Archive

Komunitas


Copyright © Rumah Vani | Powered by Blogger

Design by ThemePacific | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com