15 Des 2017

Beramal Sedikit Namun Ikhlas

Ikhlas

Saya membaca-baca di internet mengenai topik beramal sedikit namun ikhlas dan menemukan setidaknya ada dua versi pembahasan yang berbeda mengenai ikhlas. Alasan saya ingin tahu lebih banyak mengenai hal ini adalah karena sejauh yang saya pahami, keikhlasan adalah kunci yang terpenting dalam melakukan amal apa pun. Tidak hanya dalam amal yang telah ada petunjuk bakunya seperti shalat, puasa, zakat, dll namun juga amal yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari seperti berkeluarga, memelihara anak, mematuhi suami, mencari nafkah, dan seterusnya.

Bahasan pertama tentang ikhlas yang saya dapatkan setelah membaca beberapa sumber di internet adalah; ikhlas yang dikaitkan dengan amal yang diterima Allah sebagai lawan dari amal yang tidak ikhlas (tidak diterima Allah). Di dalamnya dibahas ikhlas sebagai lawan dari sikap riya', sum'ah, ujub, dan takabbur yaitu segala perbuatan (amal) yang dilakukan dengan harapan mendapat penilaian baik, pujian, atau kedudukan yang lebih di antara manusia.

Hal-hal yang terkait dengan pembahasan ikhlas sebagai lawan dari sikap riya dll adalah bahwa Allah melarang hamba-Nya beramal hanya untuk mendapatkan penilaian baik dari orang lain. Juga, bahwa amal baik yang dilakukan sambil menyakiti orang lain bukanlah amal yang ikhlas. Selain itu, amal yang ikhlas tidak sepatutnya membuat pelakunya merasa dirinya hebat ataupun lebih baik daripada orang lain.

Selanjutnya adalah pembahasan tentang ikhlas yang dikaitkan dengan banyak sedikitnya amal. Ada sebagian yang mengatakan bahwa tidak mengapa beramal sedikit namun ikhlas. Tapi, banyak juga yang berkeyakinan bahwa amal sedikit saja tidak cukup dan akan jauh lebih baik lagi bila beramal banyak dan ikhlas.

Bila dipikirkan sepintas, memang tampaknya benar pendapat yang mengatakan bahwa seseorang seharusnya beramal banyak dan ikhlas. Misalkan dalam shalat sunnah; tidak absen melaksanakan shalat dhuha, tahajjud, dan rawatib (sebelum dan sesudah shalat wajib) setiap hari tentu lebih baik daripada hanya mengerjakan shalat sunnah dhuha, atau tahajjud, atau rawatib saja dalam sehari. Pun shalat tahajjud 11 rakaat lebih baik daripada 3 rakaat dan seterusnya. Akan tetapi, pelaksanaan amal sunnah tidak seharusnya melalaikan amal yang wajib.

Jika, misalnya, seorang perempuan lebih mendahulukan shalat sunnah 11 rakaat namun akibatnya jadi melalaikan kewajiban terhadap keluarganya di pagi hari, maka tidak mengapa ia shalat tahajjud dalam rakat lebih sedikit. Contoh lain adalah berinfaq. Tidaklah sama infaq seseorang yang memiliki harta banyak dan sedikit; mereka yang memiliki harta banyak tentu lebih diutamakan untuk banyak berinfaq. Namun, bukanlah keburukan bila seseorang hanya mampu mengeluarkan infaq dalam jumlah yang sedikit bila hanya itu yang ia punyai dan ia khawatir bila mengeluarkan banyak ia akan melalaikan kewajiban pada keluarganya.

Contoh-contoh yang saya tulis di atas adalah untuk amalan sunnah. Dalam amal wajib tentu hal yang sebaliknya yang berlaku karena amalan wajib sudah ada ketentuannya sendiri. Seperti misalnya shalat wajib, puasa Ramadhan, zakat, dan haji. Semua sudah ada aturan yang harus diikuti. Namun, untuk amal wajib lainnya di luar rukun Islam seperti berbakti kepada orangtua, menuntut ilmu, berbakti kepada suami, menutup aurat, makan dan minum yang halal dll aturan yang dikenakan lebih bersifat petunjuk pengamalan. Misalnya dalam hal menutup aurat bagi perempuan, Allah telah menetapkan wajah dan telapak tangan (bolak-balik) sebagai batasan aurat yang boleh diperlihatkan dan syarat pakaian yang menutup aurat adalah yang tidak tembus pandang dan tidak membentuk tubuh. Bagaimana cara pengamalannya dikembalikan lagi kepada manusia sesuai dengan situasi dan kondisinya berada (jenis pakaian, bahan baju, model dll).

Adalah baik bila seorang perempuan dapat menjadi istri yang berbakti kepada suami dan di saat yang sama getol mencari ilmu sambil tetap menutup auratnya dengan sempurna. Namun, bila ada perempuan lain yang belum menemukan jodoh di usia matang dan karenanya ia hanya mampu beramal dengan berbakti kepada orangtua dan menutup auratnya maka hal itu pun bukan sebuah keburukan. Banyak sedikitnya amal kedua perempuan tersebut tidak bisa diperbandingkan dan dijadikan standar kebaikan. Di sinilah letak ikhlas sesungguhnya berperan.

Bagi saya pribadi, amal yang ikhlas lebih utama daripada amal yang banyak. Bila seseorang baru mampu beramal sedikit namun ikhlas dalam setiap hal yang ia lakukan, maka itu lebih baik daripada berangan-angan untuk beramal banyak namun tidak pernah diwujudkan. Baik kalau ia mampu beramal banyak dan ikhlas, namun ia tidak boleh mencela mereka yang baru sanggup beramal sedikit. Malahan, di sini letak kontradiksinya, seseorang yang merasa dirinya telah beramal banyak dan ikhlas, akan hilang keikhlasannya di saat ia merasa dirinya lebih baik daripada orang lain.

Tetapi, saya juga tidak sependapat bila ada orang yang mengandalkan amal yang sedikit padahal tahu bisa berbuat lebih banyak. Misalnya menyisihkan sedikit harta di saat ia tahu bisa memberi lebih banyak dan tidak kesulitan melakukannya, karena berpegangan pada 'biar sedikit asal ikhlas'. Sebab sesungguhnya, hatinya tidak benar-benar ikhlas untuk beramal lebih meskipun tahu ia mampu. Lain halnya bila situasi dan kondisi membuat dirinya benar-benar tidak bisa beramal lebih banyak.

Islam adalah agama yang adil. Allah tidak menyalahi sunnatullah (hukum-hukum alam) dalam penciptaan hamba dan garis hidupnya. Karenanya amal seseorang, bila ikhlas, tidak akan membebani hati dan pikirannya. Karena ia melakukannya dengan senang hati, penuh rasa cinta, dan keyakinan bahwa tidak ada yang sia-sia dari kebaikan yang ia lakukan. Perasaan-perasaan itu, pada gilirannya nanti, akan membuat dirinya beramal lebih banyak dan lebih baik lagi.

Semoga apa yang saya tulis membawa manfaat bagi siapa pun yang membacanya. Saya minta maaf bila ada penafsiran yang salah dikarenakan keterbatasan ilmu saya. Astaghfirullahal'adziim....

 

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kenalan

Foto saya
Blog tentang ngobrol, crafting, keluarga, pengembangan diri, masak-masak.

Popular Posts

Semua Tulisan

Featured Post

Rumah Yang Nyaman

Ada alasannya kenapa 'rumah' yang ada di hati disebut 'home' dan bukan 'house'. Karena rumah yang sesungguhnya adala...

Blog Archive

Komunitas


Copyright © Rumah Vani | Powered by Blogger

Design by ThemePacific | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com