8 Des 2018

Mengenalkan Bakat Orang Introvert Kepada Anak

 

Pelukis

Anak adalah amanah dari Tuhan. Orangtua, dengan kekayaan ilmu dan pengalamannya, wajib mengarahkan anak ke jalan yang akan membawanya pada kebaikan di dunia dan akhirat. Anak memahami sesuatu sesuai pertumbuhannya; karenanya orangtua harus memberi pupuk yang terbaik bagi fisik, jiwa, dan akalnya. 

Di usianya yang hampir menginjak 13 tahun, saya ingin Aini mulai mengenal dirinya dengan utuh. Tidak hanya mengenali fisik, kemampuan akal, dan keimanan, Aini pun sebaiknya mulai mengenali jiwanya. Salah satu cara untuk mengenali jiwa adalah dengan mengetahui kepribadiannya, dalam hal ini apakah ia seorang introvert atau ekstrovert. 

Seperti yang telah saya tulis sebelumnya, saya menjelaskan panjang lebar mengenai kepribadian introvert kepada Aini. Saya memang belum tahu persis apakah Aini seorang introvert seperti saya dan Ayah, atau seorang ekstrovert. Jujur, saya hanya menebak-nebak saja. Untuk lebih mengetahui, saya kemudian mengenalkan bakat orang introvert kepada Aini. 

"Nah, kalau orang-orang introvert itu biasanya punya bakat di bidang-bidang seperti ini: seni (desainer, melukis, bermain musik, editing film/ musik), menulis, kerajinan tangan, filosofi (pemikir), penelitian, pustakawan, perawat binatang...," saya menjelaskan. "Biasanya, mereka senang melakukan pekerjaan-pekerjaan di bidang itu dan bisa asyik sendiri bila sudah melakukannya." 

Aini merenung sejenak lalu nyengir. "Kok kayak yang Neng suka semua ya, Ma," ucapnya. Nah... akhirnya saya dan Aini sama-sama mengetahui bahwa ia pun memiliki kepribadian introvert seperti saya dan Ayah. 

Saya dan Aini lalu mengurutkan apa-apa saja bakat yang sudah ia coba; melukis, menggambar, membuat kerajinan tangan clay, dan mendesain aneka printables di komputer. "Neng pengen coba main alat musik, Ma," lanjutnya lagi. Saya mengiyakan, namun memberi syarat untuk menunggu hingga sudah agak lebih dewasa untuk melakukannya. Mungkin sekitar SMA atau kuliah, karena bermain alat musik tentu saja perlu memiliki instrumennya. Kami lalu bereksplorasi dengan ide bermain alat musik elektronik seperti aplikasi yang ada di gadget atau komputer. Aini memberi contoh DJ Marshmello yang bisa menghasilkan musik melalui alat-alat elektronik. Fiuh. Ya, tentu saja boleh mencoba, Neng... tapi harus menabung dulu! 

Aini tidak mau menjadi perawat binatang. Ia ingin bisa bekerja di klinik binatang namun bukan sebagai dokter yang harus membedah binatang bila diperlukan. Ketika saya ingatkan bahwa ia pernah bercita-cita menjadi animator dan desainer grafis, Aini bersikukuh bahwa ia akan mengambil kuliah di bidang fisika dulu baru desain grafis. "Bolehkan, Ma, kuliahnya dua?" tanyanya. Saya mengangguk. "Boleh. Kalau Mama dan Ayah ada rejeki Neng boleh ambil kuliah dua." 

Saya sengaja tidak membatasi Aini untuk hanya mengambil salah satu saja bidang yang ingin ia tekuni. Prinsip saya, selagi saya memiliki rejeki, saya ingin Aini mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Tentu saja dengan cara yang ia sukai dan dalam kesanggupannya sendiri. Saya ingin Aini bisa mengenali diri dan bakatnya, serta mengembangkannya seluas-luasnya dalam koridor sebagai muslim. Seperti yang Bunda Elly jelaskan dalam videonya, semakin cepat anak mengenali bakatnya, semakin besar kemungkinan ia berkembang dengan baik di masa dewasanya. Cerita hari itu kami lanjutkan sambil berbaring di kasur untuk tidur siang.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kenalan

Foto saya
Blog tentang ngobrol, crafting, keluarga, pengembangan diri, masak-masak.

Popular Posts

Semua Tulisan

Featured Post

Rumah Yang Nyaman

Ada alasannya kenapa 'rumah' yang ada di hati disebut 'home' dan bukan 'house'. Karena rumah yang sesungguhnya adala...

Blog Archive

Komunitas


Copyright © Rumah Vani | Powered by Blogger

Design by ThemePacific | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com