Beautiful Soul |
Seorang anak memiliki jiwa yang indah (a beautiful soul). Yang keindahannya melebihi emas permata termahal atau kecantikan bidadari bersayap yang ada di lukisan-lukisan klasik. Seorang anak datang ke dunia dengan membawa jiwa yang bersih dan mulia, tidak peduli bagaimanapun keadaan fisiknya saat ia dilahirkan. Di dalam agama, keindahan jiwa itu mungkin yang disebut sebagai fitrah.
Bila anak lahir pada orangtua atau lingkungan yang menyadari keindahan jiwanya, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang juga indah; pengasih, penyayang, pemaaf; sejalan dengan kebaikan yang dititipkan Tuhan padanya. Namun bila ia lahir pada orangtua atau lingkungan yang tidak menyadari keindahan jiwanya, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang rusak atau merusak. Rusak artinya jiwanya tidak tumbuh dengan sehat. Merusak artinya hidupnya akan selalu disibukkan dengan hal yang berlawanan dengan kebaikan.
Saya membaca kisah seorang remaja yang menjalani konsultasi psikologi karena tidak semangat sekolah, stres, selalu merasa takut, cemas, dan lain-lain. Mengakhiri ceritanya tentang terapi dan konsultasinya dengan psikolog, remaja itu bercerita bahwa saking beratnya masalah yang ia hadapi, orangtuanya pernah membawanya untuk dirukyah. Tapi tentu saja tidak terjadi apa-apa karena memang tidak ada gangguan gaib. Yang mengherankan, sang Ustadz justru memarahi orangtuanya karena telah menstempel anaknya dengan label 'bodoh' dan 'malas'.
Berdasarkan kisah-kisah lain yang saya baca sebelumnya, saya mengira apa yang dialami remaja tersebut merupakan hasil dari rusaknya keindahan jiwa sejak kecil. Hingga seiring waktu pikiran tidak lagi bisa mengalahkan stigma diri yang telah dilabelkan, betapapun kerasnya dicoba. Akhirnya, yang tersisa adalah kondisi kebingungan; tidak mengerti kenapa selalu sakit-sakitan, terbangun di tengah malam, tidak bersemangat, stres, cemas. Syukur Alhamdulillah remaja tersebut kemudian mendapatkan pertolongan profesional dari psikolog. Sehingga ia bisa mengenali diri dan permasalahannya, dan belajar untuk menghadapi tekanan yang datang dari luar dirinya.
Dari kisah ini saya merefleksikan bagaimana seandainya si remaja tumbuh dalam lingkungan yang menghargai keindahan jiwanya sejak kecil.
0 komentar:
Posting Komentar