15 Mar 2019

Cara Menulis Buku Cerita Bergambar

Buku Cerita Bergambar

Saya ingin berbagi sedikit ilmu tentang cara menulis buku cerita bergambar untuk anak. Tulisan ini berdasarkan pengalaman saya membuat buku bergambar di penerbit Mizan.

Tema Buku Cerita Bergambar

Langkah pertama menulis buku cerita bergambar adalah menentukan tema tulisan yang akan dibuat. Seperti misalnya, apakah ingin membuat buku cerita berseri atau satu tema.

Buku Sali dan Saliha dari penerbit Mizan adalah jenis cerita berseri. Dalam seri tersebut saya menulis beberapa buku yang berbeda-beda tentang akhlak, namun karakter utamanya tetap yaitu Sali dan Saliha. Sedangkan, contoh buku cerita bergambar satu tema adalah Si Awan Kecil yang juga diterbitkan oleh penerbit Mizan. Buku ini hanya memiliki satu tema dan karakternya hanya ada di buku tersebut. Tidak ada lagi buku lain tentang petualangan Si Awan Kecil selain yang saya buat di buku tersebut.

Menulis Cerita

Selanjutnya, setelah menentukan jenis buku cerita bergambar yang akan dibuat, mulailah menulis cerita tersebut. Proses menulis dimulai dengan membuat karakter, setting, plot, dan seterusnya, sama persis seperti menulis buku cerita pada umumnya. Bedanya, pada buku cerita bergambar Anda menulis untuk anak yang umumnya baru mulai belajar membaca. Artinya, Anda harus menulis cerita dengan kalimat yang efektif; tidak bertele-tele namun isi ceritanya bisa mudah dipahami.

Tips

Anda harus memahami bahwa buku cerita bergambar adalah buku cerita yang disertai ilustrasi penuh di halaman-halamannya. Ilustrasi tersebut berfungsi untuk memperjelas isi cerita bagi pembaca, yaitu anak-anak yang masih kecil atau usia masuk sekolah. Pembaca di usia ini masih sulit untuk memahami cerita bila hanya berupa kata-kata, karena masih terlalu abstrak di dalam pikiran mereka. Karenanya, ilustrasi sama pentingnya dengan teks cerita dan Anda harus bisa memilah mana bagian cerita yang disampaikan dalam bentuk teks atau gambar.

Saya akan memberikan contoh teks cerita yang ada di dalam buku seri Sali dan Saliha "Asyiknya Menolong". Berikut adalah paragraf cerita yang ada di dalam lembar pertama buku.

Ketika berjalan-jalan Minggu pagi, Sali dan Saliha bertemu Bu Ponirah.

Bu Ponirah tampak sibuk memunguti belanjaannya yang jatuh dari plastik.

“Yuk, kita tolong Bu Ponirah," kata Saliha.

Sederhana sekali kan, teks ceritanya? Hanya sebuah paragraf yang terdiri dari tiga kalimat. Di buku, paragraf ini dilengkapi dengan ilustrasi dua halaman yang menggambarkan Sali dan Saliha sedang bermain sepeda dan skuter di pinggir jalan. Lalu, ada juga gambar seorang wanita tua yang kerepotan mengambili sayur-mayur yang jatuh. Rupanya, Bu keranjang belanjaan Bu Ponirah jatuh dan isinya berceceran di jalan.

Saat menulis paragraf tersebut, saya memvisualisasikan Sali dan Saliha melihat kejadian yang dialami Bu Ponirah. Meski tidak sama persis dengan yang saya bayangkan, ilustrator bisa menggambarkannya sehingga cerita menjadi lebih hidup (ilustrator biasanya sudah disiapkan oleh penerbit). Inilah yang saya maksud dengan harus mampu memilah bagian cerita yang harus disampaikan dengan teks dan gambar.

Gambar VS Tulisan

Hal ini penting karena buku cerita bergambar sebaiknya tidak memuat terlalu banyak tulisan di dalam halaman-halamannya. Bagi anak yang baru masuk sekolah (pre school - kelas 1 SD), gambar di buku lebih menarik perhatian mereka. Sedangkan, teks cerita dapat mempermudah pendamping (orangtua / guru / orang dewasa) membimbing anak membaca.

Sementara itu, bagi anak yang sudah lebih besar (kelas 2 - 4 SD) gambar dapat membantu mereka membayangkan situasi dan kondisi yang dideskripsikan oleh teks cerita. Hal ini terlihat pada buku cerita bergambar bertema sejarah Nabi, pengetahuan, dan lain-lain. Kalimat yang awalnya terasa abstrak jadi lebih jelas dengan ilustrasi yang diberikan. Contohnya, buku sejarah Nabi Ibrahim yang ilustrasinya menggambarkan kaum Nabi Ibrahim yang memuja berhala, dll.

Buku cerita bergambar biasanya terdiri dari 10 - 12 lembar atau 20 - 24 halaman. Saat menulis, Anda bisa menggambarkan peletakan teks cerita disesuaikan dengan ilustrasi. Dengan demikian, Anda bisa menentukan seberapa banyak teks yang akan Anda tulis dibuku. Kuncinya tetap, usahakan membuat tulisan yang efektif; tidak bertele-tele dan mudah dipahami.

Penyelesaian Naskah Buku

Selesai menulis, langkah selanjutnya adalah mengirimkan naskah ke penerbit dan menunggu jawaban dari mereka. Mengenai ilustrasi, penerbit biasanya sudah menyediakan ilustrator sehingga penulis tidak perlu mencari ilustrator sendiri. Kecuali bila Anda bisa membuat ilustrasi atau memiliki kenalan ilustrator sendiri, Anda bisa mengajukannya kepada penerbit.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kenalan

Foto saya
Blog tentang ngobrol, crafting, keluarga, pengembangan diri, masak-masak.

Popular Posts

Semua Tulisan

Featured Post

Rumah Yang Nyaman

Ada alasannya kenapa 'rumah' yang ada di hati disebut 'home' dan bukan 'house'. Karena rumah yang sesungguhnya adala...

Blog Archive

Komunitas


Copyright © Rumah Vani | Powered by Blogger

Design by ThemePacific | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com