19 Okt 2019

Efek Samping Gaya Pengasuhan Helikopter

Orangtua Yang Keras

Gaya Pengasuhan Anak

Dari banyak sumber di Internet, saya mempelajari bahwa ada 5 besar gaya pengasuhan anak yang umum dilakukan orangtua : otoriter, otoritatif, permisif, lalai, dan yang terakhir helikopter. Empat jenis pengasuhan pertama digagas oleh peneliti yang bernama Diana Baumrind -- penjelasan lebih lanjutnya bisa dibaca di link tersebut. Sedangkan, jenis pengasuhan helikopter digagas oleh Haim Ginott yang menggambarkan perilaku ibu dari seorang remaja yang 'mengelilingi' anaknya seperti helikopter.

Di tulisan ini, saya hanya ingin membahas lebih jauh tentang pengasuhan helikopter tersebut; apa makna dari istilah tersebut, seperti apa contohnya di dunia nyata, dan bagaimana efeknya terhadap anak.

Seperti yang telah ditulis sebelumnya, pengasuhan helikopter digambarkan dengan aktifitas seorang ibu yang 'mengelilingi' anak remajanya. Yang dimaksud dengan mengelilingi di sini adalah orangtua senantiasa terlibat dalam kehidupan anaknya 24 jam sehari, baik secara fisik maupun non fisik. Layaknya helikopter yang dapat terbang berputar-putar di atas dan sekeliling obyek, orangtua selalu ada di sekitar anak untuk memenuhi segala kebutuhannya, sejak ia kecil hingga dewasa.

Kalau hanya sampai di definisi tersebut, mungkin kita semua setuju bahwa tidak ada yang salah dengan pengasuhan helikopter. Adalah hal yang baik bila orangtua terlibat aktif dalam kehidupan anak-anaknya. Sehingga, anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman, terlindungi dari predator di dalam dan luar rumah, berada di jalur hidup yang benar, dan seterusnya. Namun, bila tidak hati-hati, sikap terlalu melindungi tersebut justru bisa menjadi bumerang yang menyerang hubungan antara anak dan orangtua itu sendiri.

Contoh Pengasuhan Helikopter

Di sebuah video di YouTube, ada seorang wanita yang bercerita bahwa dirinya setiap hari mengurus kebutuhan dua anak laki-lakinya yang telah menjelang dewasa. Anak-anaknya yang kini duduk di bangku kuliah itu merasa seperti memiliki 'sekretaris pribadi' atau 'Ibu Sekretaris' yang mengurusi mulai dari jadwal kuliah yang harus diikuti Sang Anak hingga mencucikan pakaiannya. Bahkan, seperti halnya sekretaris yang bekerja di kantor, setiap beberapa jam sekali Sang Ibu menelpon anaknya untuk sekedar menanyakan sedang apa dan di mana, atau mengingatkan tugas kuliah yang harus dikerjakan. Ibu tersebut berpendapat bahwa apa yang ia lakukan adalah bentuk kasih sayang sebagai orangtua agar anak-anaknya sukses dalam hidupnya.

Lalu, bagaimana respon anak-anaknya sendiri? Salah seorang dari anaknya berkata bahwa ia tidak masalah dan merasa sangat terbantu dengan apa yang dilakukan ibunya. Ia jadi bisa berkonsentrasi pada hal-hal yang penting seputar perkuliahan daripada mengurusi hal-hal yang remeh. Namun, anaknya yang lain berkata bahwa sekalipun ia merasa terbantu, tetap ada perasaan tidak nyaman karena ibunya selalu mengecek keberadaannya 24 jam penuh. Sebagai laki-laki pra-dewasa, ia membutuhkan jarak dan waktu untuk melakukan hal-hal ingin ia tentukan sendiri. Dengan ibunya yang selalu menelpon beberapa jam sendiri untuk memonitor kegiatannya, hal itu tentu sangatlah tidak mungkin.

Cerita lain mengenai pengasuhan helikopter adalah seorang ibu yang hampir setiap hari menyempatkan mengecek anaknya di sekolah. Ibu tersebut tidak ragu menampakkan kehadirannya di waktu istirahat atau sela-sela pergantian jam pelajaran sekedar untuk mengecek kondisi anaknya. Padahal, Sekolah Dasar tempat anaknya berada tergolong aman dengan guru-guru dan penjaga yang selalu sigap. Anaknya sendiri pun sehat dan tidak memiliki kekurangan fisik; sehingga tidak ada kondisi darurat dan mendesak yang membuat ibunya harus hadir di sekolah setiap saat. Anak-anak lain, baik yang sekelas maupun tidak dengan anaknya, menjadi tidak nyaman dan menghindar setiap kali Si Ibu datang. Lama-kelamaan, anaknya pun ikut menjadi tidak nyaman dan coba menjauh setiap kali ibunya datang.

Efek Samping Pengasuhan Helikopter

Dari kedua cerita di atas, dapat diambil kesamaan perilaku orangtua yang terlalu protektif terhadap anak-anaknya hingga tidak memedulikan waktu dan tempat. Orangtua terlalu fokus menampakkan kehadirannya hingga melupakan kebutuhan pribadi anak berupa jarak dan waktu bagi dirinya sendiri. Anak butuh untuk beradaptasi dengan lingkungannya sendiri, mengenali orang-orang yang ada di sekitarnya, dan belajar mengambil tindakan yang terbaik seorang diri. Kehadiran orangtua yang terus-menerus, terlebih sambil mengarahkan anaknya, akan membuat anak menjadi tidak mandiri. Tidak itu saja, anak bisa berbalik dari patuh kepada orangtua menjadi menghindar bahkan membenci.

Sikap penghindaran anak tersebut bukan karena anak tidak lagi menghormati orangtua, namun karena anak menyadari bahwa ada hal-hal yang harus diputuskannya sendiri seiring bertambahnya usia. Juga, anak menyadari bahwa terkadang lingkungannya akan bekerja lebih baik tanpa campur tangan pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Contohnya, ketika anak mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temannya, kehadiran orangtua yang terlalu 'mengatur' akan menyebabkan suasana kerja kelompok tidak nyaman dan tugas bisa terbengkalai.

Karenanya, ada baiknya orangtua menyadari bahwa pengasuhan helikopter memiliki dua sisi yang saling berlawanan. Memang benar ada sisi positif dari pengasuhan jenis ini, yaitu anak bisa dipastikan akan tumbuh dalam lingkungan yang aman dan terkontrol. Anak, kemungkinan besar, tumbuh sehat, terhindar dari kecelakaan, dan terjamin kebutuhan dasarnya. Bahkan, seperti di contoh di atas, orangtua bisa sampai mengurus kebutuhan anak sehari-hari di bidang akademis; membantu menyelesaikan tugas sekolah, mengingatkan jadwal belajar, menyiapkan perlengkapan untuk sekolah, dan lain-lain.

Namun, di sisi lain anak pun beresiko tumbuh menjadi pribadi yang tidak mandiri dan cakap. Karena terbiasa dilayani dan diberi solusi oleh orangtua, ketika dihadapkan pada situasi dan kondisi tanpa bantuan anak bisa jadi tidak tahu harus melakukan apa. Kalaupun pada akhirnya ia tahu apa yang harus dilakukan, ia butuh waktu lebih lama untuk beradaptasi dan menyelesaikan persoalan yang dihadapi dibandingkan teman-teman sebayanya.

Ego Orangtua

Bila ditelusuri lebih jauh, pengasuhan helikopter sesungguhnya lebih mengedepankan kepentingan orangtua daripada kepentingan anak. Dengan kata lain, pengasuhan jenis ini lebih mengutamakan ego orangtua daripada perasaan anak.

Hal ini disebabkan orangtua tidak mampu dan mau mengesampingkan keinginannya untuk menempatkan anak di dalam kondisi yang paling sempurna. Padahal, anak membutuhkan proses dalam setiap tahap kehidupannya dan ketidaksempurnaan adalah proses pembelajaran untuk jadi lebih baik lagi.

Bila orangtua ingin menjadi yang terbaik untuk anak, maka sepatutnya mereka menempatkan kebutuhan anak di atas kebutuhan diri pribadi dengan tulus.

Disclaimer :

Saya bukan psikolog, tidak punya gelar psikolog klinis, atau pendidikan anak, tapi saya tertarik tentang ilmu psikologi dan menuliskan renungan saya tentang psikologi lewat komparasi teori dengan kehidupan nyata.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kenalan

Foto saya
Blog tentang ngobrol, crafting, keluarga, pengembangan diri, masak-masak.

Popular Posts

Semua Tulisan

Featured Post

Rumah Yang Nyaman

Ada alasannya kenapa 'rumah' yang ada di hati disebut 'home' dan bukan 'house'. Karena rumah yang sesungguhnya adala...

Blog Archive

Komunitas


Copyright © Rumah Vani | Powered by Blogger

Design by ThemePacific | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com