2 Nov 2019

Komunikasi Sesama Kepribadian Melankolis

Komunikasi Keluarga

Sebaiknya, sesama kepribadian melankolis tidak menikah, begitu yang saya dengar dari video Youtube Psikolog Deddy (channel Kuliah Psikologi). Alasannya adalah, karena kepribadian ini memiliki ciri khas pendiam, pemurung, serius, senang menyimpan masalah sendiri, dan menginginkan segala sesuatunya sempurna. Kebayang kan bila dua orang dengan kepribadian ini ada di dalam satu atap? Bisa-bisa suasana di dalam rumah seperti kuburan; sunyi, murung, kaku. Lalu bila tidak kuat iman, saat salah satu dari mereka bertemu dengan orang yang berkepribadian sebaliknya, bisa-bisa ia tertarik dan meninggalkan pasangannya!

Si Kepribadian Melankolis

Orang dengan kepribadian melankolis seringkali disalahartikan sebagai orang yang kuper, tidak bergaul, pendiam, terlalu serius, tidak menyenangkan, sinis, dan lain-lain. Padahal, bila kenal cukup dekat, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang menyenangkan. Tidak hanya umumnya cerdas, mereka juga orang yang setia, disiplin, dan mau berkorban untuk orang-orang yang mereka sayangi. Hanya saja, mereka lebih senang menyembunyikan sifat-sifat tersebut karena sering merasa kecewa atas perlakukan orang lain terhadap mereka.

Tersinggungan dan sensi. Mungkin itu istilah gaul yang bisa menggambarkan kepribadian ini. Yang patut diketahui adalah mengapa mereka seperti itu dan apakah hal tersebut wajar atau tidak.

Dari beberapa video Youtube yang dibawakan oleh ustadzah dr. Aisyah Dahlan dan psikolog Deddy Susanto, saya mengetahui bahwa kepribadian melankolis memiliki watak utama yaitu mencintai kesempurnaan. Seorang melankolis berusaha memperlakukan dirinya sendiri sesempurna mungkin. Pakaian terbaik, sepatu terbaik, fasilitas terbaik, rumah terbaik, liburan terbaik, apapun yang mereka usahakan adalah yang terbaik meski disesuaikan dengan kesanggupan diri sendiri.

Dua-duanya sama-sama serius, tekun, rapi dalam penampilan, dan... muter-muter kalau berbicara. Sifat yang terakhir itu seringkali membuat kami (saya, Ayah, dan Aini) seringkali terlibat konflik dikarenakan salah paham saat berkomunikasi. Padahal apa yang kami maksud sama, tapi diterima oleh lawan bicaranya berbeda sehingga timbul respon yang beda pula. Ibaratnya seperti hendak pergi dari Jakarta ke Bandung, tapi rutenya ke Surabaya, Jogja, dan Cirebon dulu, baru sampai ke Bandung.

Saya yang bekepribadian sanguinis (meskipun tidak dominan), seringkali tidak sabar kalau mendengar Ayah dan Aini mengutarakan maksudnya. Maunya saya apa yang ingin disampaikan langsung saja disampaikan

Ayah, dan Aini baru saja mempelajari bagaimana komunikasi sesama kepribadian melankolis melalui sebuah peristiwa yang (sebenarnya) kurang menyenangkan. Tapi meski

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kenalan

Foto saya
Blog tentang ngobrol, crafting, keluarga, pengembangan diri, masak-masak.

Popular Posts

Semua Tulisan

Featured Post

Rumah Yang Nyaman

Ada alasannya kenapa 'rumah' yang ada di hati disebut 'home' dan bukan 'house'. Karena rumah yang sesungguhnya adala...

Blog Archive

Komunitas


Copyright © Rumah Vani | Powered by Blogger

Design by ThemePacific | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com