'The way we speak to our children becomes their inner voice'
Apa arti quote ini, ada yang tahu? Quote ini berarti, kata-kata yang diucapkan orangtua ke anaknya, walaupun awalnya hanya bunyi yang merambat di udara namun lama-kelamaan akan menjadi suara sendiri yang berasal dari dalam jiwa anak tersebut.
Bila orangtua terbiasa berkata buruk seperti ,'Kamu anak bodoh', atau ,'Kamu anak yang tidak nurut, pembangkang, durhaka sama orangtua,' kata-kata itu dapat pelan-pelan mengubah kepribadian anak. Bisa jadi, anak tersebut pada awalnya baik dan penurut (sebagaimana kertas putih polos, anak-anak lahir dengan fitrah yang baik dan bersih), namun melakukan kesalahan demi kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Anak tumbuh, belajar, dan berkembang, dan dalam proses tersebut sangat mungkin ia berbuat salah. Sesuatu yang bila dipikir baik-baik sangat wajar, karena tidak ada satu pun manusia yang luput dari kesalahan terlebih anak-anak. Hal yang tidak wajar adalah apabila orang dewasa yang berada di sekitar anak tersebut menanggapi kesalahan yang dilakukan oleh anak dengan berlebihan.
Satu gelas jatuh dan pecah, dibalas dengan pukulan di pantat dan omelan ,'Nggak hati-hati!'. Menolak ikut ketika diajak ke rumah nenek, diceramahi ,'Nggak sayang Nenek, nggak sayang saudara-saudara!'. Tidak sengaja tertawa terbahak-bahak ketika ada tamu dibentak ,'Nggak sopan!'. Apa lagi...? Banyak pasti ya.
Kalimat demi kalimat yang bermakna menuduh, menjatuhkan, menghinakan, mengecilkan, terlontar begitu saja dari mulut orangtua setiap kali menghadapi perilaku anak yang dinilai tidak sesuai. Padahal, kalau mau ditanya, tidak sesuai menurut siapa? Standar siapa yang dipakai terhadap anak tersebut? Orangtua, bukan anak.
Bisa jadi anak menolak diajak pergi ke rumah saudara karena sedang lelah setelah seminggu sekolah. Bisa jadi gelas tidak sengaja jatuh karena ia tersandung sebab berjalan sambil terburu-buru (mungkin ada film kesayangannya yang diputar di TV, atau adiknya yang sedang makan tersedak, atau...). Bisa jadi ia tertawa lepas saat bercanda dengan penuh keakraban dan kehangatan dengan kakak adiknya. Namun, alih-alih mendapat perhatian dan apresiasi dari apa yang ia lakukan, yang didapat hanya omelan, makian, dan amarah.
Maka, tidak perlu heran bila perlahan-lahan orangtua melihat perubahan dalam diri anaknya sesuai dengan kata-kata yang sering ia ucapkan. Makin lama makin tidak hati-hati, ceroboh, keras kepala, tidak sopan, dan lain-lain. Ya, karena kata-kata itu mengalir dan terekam di dalam otak sang anak, dan secara tidak sadar menggerakkan anggota tubuh anak hingga menyerupai apa yang didengar dan direkam.
Efek jangka panjangnya, saat anak sudah lebih dewasa dan tidak lagi terlalu sering bersama orangtua, kata-kata itu akan tetap berpengaruh dalam kepribadiannya sehari-hari. Menjadi pelupa, malas, tidak disiplin, mudah menyerah, mudah marah, sulit fokus, dan lain sebagainya. Anak yang dibesarkan dengan kata-kata yang negatif, saat yang mengucapkan kata-kata itu sudah tidak ada, maka dirinya sendirilah yang akan memberi label tersebut.
"Nggak apa-apa aku sekolah telat 15 menit, kan aku tukang tidur."
"Wajar kalau aku ngambil makanan di kantin dan nggak bayar semuanya, namanya juga maling kecil."
"Ah, aku mah cukup jadi pendengar aja di kelas. Ide-ideku kan basi, nggak menarik, siapa juga yang bakal mau dengar ideku."
Saya buruk, saya tidak baik, saya pemalas, saya tidak kreatif, saya bodoh, saya tidak menarik, saya tidak cukup baik dalam hal apapun. Itu yang diucapkan oleh hati sang anak ketika ia besar dan dewasa. Mungkin di saat itu ia sudah mandiri, tidak lagi bergantung kepada orangtua secara finansial, namun tidak pernah benar-benar bebas dari cermin diri yang dibentuk dari kata-kata orangtuanya ketika kecil.
Padahal, (jika waktu bisa diputar) saat orangtua menghadapi anak yang melakukan kesalahan, alih-alih berkata buruk ia bisa bertanya dan berdiskusi baik-baik dengan anak tersebut. Dengarkan alasannya, hargai pendapatnya, pahami keberatannya. Posisikan diri di anak tersebut ,'Bila saya jadi dia, mungkin saya pun merasakan hal yang sama.' Anak yang didengarkan dan dimengerti tidak hanya akan tumbuh menjadi pribadi yang mudah mengerti orang lain, namun pertama-tama dan paling utama akan mengerti dirinya sendiri.
Ia akan mengerti kekuatan dan kelemahannya. Ia akan memahami cara untuk memanfaatkan kekuatannya dan mengatasi kelemahannya, semua dengan cara yang baik, karena ia tumbuh tanpa label negatif yang melekat di dirinya. Adapun ketika dewasa ia bertemu dengan orang-orang yang gemar memberi label negatif, ia akan mudah menghiraukan dan tidak memedulikan. Ia akan selalu merasa punya tempat kembali yang aman dan nyaman, tempat ia diterima dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tempat dirinya berpijak, tumbuh, dan berkembang sejak kecil hingga dewasa.
0 komentar:
Posting Komentar