![]() |
Inner Child |
Apa yang dimaksud dengan inner child?
Ada beberapa konsep mengenai inner child yang dipahami secara umum. Ada yang beranggapan bahwa inner child adalah sisi kepribadian anak-anak yang masih terbawa hingga dewasa. Ada pula yang beranggapan bahwa inner child adalah kumpulan peristiwa di masa kecil yang tersimpan dalam alam bawah sadar manusia.
Dalam pandangan saya, inner child adalah bagian dari kepribadian seseorang yang meliputi kepercayaan, pola pikir, dan pola tindakan yang lahir sebagai respon dari berbagai peristiwa di masa lalu. Ia tidak terbatas hanya di usia awal pertumbuhan dari 0 - 7 tahun, di mana saat itu otak manusia secara otomatis merekam segala hal baik fisik maupun psikis. Ia juga bisa berada di usia remaja, pra dewasa, maupun dewasa. Seorang yang berusia 30 tahun dapat mengakses inner childnya yang ada di usia 20 tahun, 15 tahun, bahkan 7 tahun. Ia dapat melakukan 'perjalanan waktu' dan menengok ke belakang apa saja yang dialami dirinya secara utuh pada suatu peristiwa.
Inner child berada di dalam alam bawah sadar manusia. Ia bukan sesuatu yang dengan sadar dan sengaja diciptakan oleh seseorang sebagai label. Namun, ia dapat dikenali dan dipelajari agar membawa pengaruh positif dalam kehidupan orang tersebut di masa kini dan masa depan.
Memori & trigger (pemicu)
Beberapa psikolog mengatakan bahwa memori yang baik (kenangan yang menyenangkan) akan meninggalkan perasaan yang nyaman bila diingat. Beberapa detil yang masih dapat diingat seperti visual, bau, atau rasa akan membawa rasa tenang, damai, cinta, syukur, dll. Sementara, memori yang buruk seringkali tidak meninggalkan detil yang dapat diingat jelas namun membawa emosi yang kuat seperti rasa takut, sedih, marah, tidak berdaya, dll. Akibatnya, bila di masa depan ia menghadapi trigger (pemicu) yang hampir serupa dengan kejadian buruk yang pernah ia alami, emosi negatif pun dapat muncul dengan sendirinya.
Permasalahannya kemudian, sebuah emosi tidak hadir hanya sebagai emosi itu sendiri namun akan selalu membawa respon tindakan. Sebagai mana yang ditulis John Bradshaw dalam quotenya:
“E-motions are energy in motion. If they are not expressed, the energy is repressed. As energy it has to go somewhere. Emotional energy moves us as does all energy...To deny emotion is to deny the ground and vital energy of our life” --John Bradshaw.
“E-motion adalah energi yang bergerak. Jika tidak diungkapkan, energi ditekan. Sebagai energi ia harus pergi ke suatu tempat. Energi emosional menggerakkan kita seperti halnya semua energi... Menyangkal emosi berarti menyangkal landasan dan energi vital hidup kita” --John Bradshaw.
Emosi positif akan menggerakkan orang untuk mengupayakan segala sumber daya yang ia miliki untuk tumbuh dan berkembang. Sementara itu, emosi negatif umumnya akan membuat orang merespon secara defensif dengan bentuk fight (amarah), flight (melarikan diri), freeze (membeku), dan fawn (menurut). Keempat respon defensif itu tidak akan membuat seseorang tumbuh dan berkembang dengan baik, karena seluruh sumber daya yang ia miliki baik secara fisik maupun psikis akan digunakan semaksimal mungkin untuk melindungi dirinya.
Nah, di sinilah kemudian pentingnya seseorang mengenali inner childnya. Dengan mengenali inner childnya, seseorang dapat menghubungkan memori dan emosi ia alami di masa lalu dengan respon tindakan yang ia lakukan di masa kini.
Sebagai contoh, seseorang yang ketika kecil tumbuh dalam rumah yang penuh dengan kekerasan domestik bisa merasakan takut berlebihan ketika ia berhadapan dengan orang yang tegas atau bersuara kencang ketika ia dewasa. Respon tindakan yang akan dilakukan kemudian adalah menghindari dan tidak mau berinteraksi. Dalam jangka panjang, hal ini dapat merugikan diri sendiri terutama apabila ia berada dalam lingkungan yang menuntut kerja sama dengan orang-orang yang secara tidak sadar memicu rasa takutnya (seperti di masa kecil).
![]() |
Takut |
Apabila ditelisik lebih jauh, akan dapat dipisahkan dua kepribadian yang ada di dalam orang yang mengalami kejadian tersebut :
1. Orang dewasa yang secara logika paham akan pentingnya bekerja sama dengan berbagai jenis manusia.
2. Inner child yang mengalami emosi takut dan merespon dengan tindakan freeze (membeku) dalam bentuk menghindari.
Seseorang yang sering mengalami peristiwa negatif di masa laluya memiliki inner child yang terluka psikisnya. Luka tersebut harus disembuhkan agar emosi dan respon tindakan yang menyertainya dapat berubah dari negatif menjadi positif. Saat inner child yang terluka melalui proses penyembuhan, ia akan mendapatkan jawaban dan penyelesaian dalam emosinya. Sehingga ia bisa tumbuh menjadi manusia yang seutuhnya; yang memiliki kesadaran penuh atas dirinya dan lingkungannya.
0 komentar:
Posting Komentar