21 Nov 2024

Talents = Bakat

Talents
Setelah mempelajari trauma healing dan hipnosis, serta membuat persilangan antara kedua ilmu tersebut, saya tidak lagi yakin pada talents/ bakat seseorang.

Karena bakat seseorang bisa dipengaruhi dengan ada atau tidaknya trauma yang ia miliki (terutama trauma pengasuhan), serta bagaimana skrip yang tertulis di dalam pikiran bawah sadarnya. Akan halnya hipnosis, seorang yang awalnya bersuara fals ketika menyanyi, bisa menyanyi dengan sangat baik setelah dihipnosis menyerupai penyanyi idolanya. Hipnosis juga bisa membuat orang yang awalnya malu dan peragu, menjadi sangat percaya diri dan bisa mempengaruhi dengan satu sugesti.

Saya akhirnya terpikir bahwa genlah yang paling benar-benar menentukan bakat seseorang. Setiap orang bisa bermain basket, namun seorang atlet basket profesional hanyalah mereka yang terlahir bertubuh tinggi. Setiap orang bisa bernyanyi, namun hanya mereka yang memiliki fitur pita suara tertentulah yang bisa menjadi penyanyi opera. Setiap orang bisa menjadi penari, tapi seorang penari profesional hanyalah mereka yang memiliki tubuh lentur, bukan tegap kaku seperti seorang body builder. Seperti itulah contohnya. Barulah kemudian lingkungan berperan dengan memberikan tempat yang aman dan suportif untuk mengoptimalkan hadiah genetik tersebut. Pengalaman pun memberi warna lain berupa pengetahuan dan kebijaksanaan sebagai bekal hidup.

Saya sendiri, setelah melalui proses yang sangat panjang, barulah sedikit demi sedikit mengenali diri saya sendiri. Hadiah genetik saya berupa postur tubuh yang biasa-biasa saja, tidak tinggi tapi tidak pendek. Sedikit agak gemuk tapi lumayan kuat mengangkat beban. Suara yang tidak terlalu tinggi tapi juga tidak rendah dan berat. Pengalaman hidup saya selain menjadi istri dan ibu adalah melalui masa pengasuhan yang tidak ideal, menjadi penulis fiksi anak dan remaja, serta proses mencari ilmu tanpa henti secara formal maupun non formal.

Perjalanan hidup membawa saya ke titik ini di mana saya seperti memulai waktu dari 0 lagi. Ketika saya sudah bisa sedikit demi sedikit menghapus trauma yang membuat saya melihat diri saya sendiri dan dunia dari persepsi yang tidak ideal. Ketika saya bisa mencoba mengurutkan apa saja keunikan diri saya dan bekal pengalaman hidup saya. Ketika dua hadiah itu, genetik & pengalaman, memberi berbagai daftar kemungkinan bagi saya untuk bisa hidup dengan damai, sehat, dan penuh rasa syukur.

Jadi pesan saya kepada siapapun yang ingin benar-benar menemukan bakatnya (ini pesan untuk diri saya sendiri juga): bila kamu memiliki trauma (terutama trauma pengasuhan) sembuhkanlah dulu traumamu. Obati jiwamu dengan bantuan tenaga profesional, bisa juga dengan hipnoterapi untuk membantu menulis ulang skrip tidak didapatkan di masa lalu. Kemudian, kumpulkan apa saja hadiah genetik yang sudah diberikan Tuhan untukmu dan ingat-ingat lagi apa saja bekal ilmu dan pengalaman yang kamu miliki. Setelah itu, lihat lingkunganmu, pelajari apakah lingkunganmu (termasuk orang-orang dekat) mendukung untuk mengembangkan bakatmu atau tidak. Tidak kalah penting, berdoalah sepanjang melalui jalan ini. Minta petunjuk Tuhan atas apa yang kamu lakukan; bila benar maka minta Ia mudahkan dan bila salah minta agar Ia tunjukkan jalan yang benar.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kenalan

Foto saya
Blog tentang ngobrol, crafting, keluarga, pengembangan diri, masak-masak.

Popular Posts

Semua Tulisan

Featured Post

Rumah Yang Nyaman

Ada alasannya kenapa 'rumah' yang ada di hati disebut 'home' dan bukan 'house'. Karena rumah yang sesungguhnya adala...

Blog Archive

Copyright © Rumah Vani | Powered by Blogger

Design by ThemePacific | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com